Dokter(dr) Avrilienza, dokter muda (tengah) yang membuka praktek di Banjarmasin, merayakan ultah ke-26. Kuenya tema dokter dan di atas kue ada kue bentuk baju/jas dokter, suntik dan obat. Itu desain yang diingikan Dokter Avrilienza. Dan Dokter Avrilienza kuenya memesan di Lily Cake Shop.
RomziHanif, Sp.BM adalah seorang Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut, dimana salah satu tempat praktik Beliau saat ini berada di rumah sakit umum daerah (RSUD) Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Banyumas. Untuk Informasi jadwal dokter dan membuat janji bisa langsung menghubungi salah satu rumah sakit di bawah ini : RSUD Prof. Dr. Margono
GERD yang merupakan kependekan dari gastroesophageal reflux disease atau penyakit refluks gastroesofageal merupakan salah satu kondisi yang paling banyak dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di layanan kesehatan primer. Adapun definisi dari GERD adalah keadaan terjadinya refluks atau aliran balik dari isi lambung baik ke esofagus kerongkongan, kavitas oral rongga mulut, maupun ke saluran pernapasan bahkan ke paru-paru. Secara endoksopi, kita membagi GERD menjadi non-erosive disease NERD dan dengan erosi ERD. Selain dalam bentuk artikel, pembahasan mengenai GERD juga dapat disimak di video di bawah ini Gejala dan EpidemiologiPenegakan DiagnosisSkor GERD-QTatalaksana GERDa. Tatalaksana Non Farmakologis b. Tatalaksana Farmakologis c. GERD yang Refrakter Terhadap Terapi PPId. Terapi Bedah untuk GERDPotensi Risiko Penggunaan PPI Jangka PanjangManifestasi Ekstraesofageal GERD Asma, Batuk Kronik, dan LaringitisKomplikasi KesimpulanSumber Gejala dan Epidemiologi Prevalensi penyakit ini adalah 10-20% di dunia barat dan diperkirakan lebih rendah di Asia. Di Indonesia sendiri dari sebuah survey di internet menggunakan kuesioner GERD-Q didapatkan kejadian GERD sampai 57,6%. Secara gejala, didapatkan keluhan rasa panas di dada hearburn adalah 6% dan 16% mengeluhkan regurgitasi. Memang secara istilah, tidak ada istilah khusus dalam bahasa Indonesia untuk menggambarkan heartburn sehingga terkadang sulit untuk mendapatkan keluhan heartburn secara spontan dari pasien. Terkadang, sering kali pasien mengartikan keluhan heartburn sebagai nyeri dada yang kemudian membawa pasien tersebut ke unit gawat darurat karena khawatir terkena serangan jantung. Selain keluhan di atas, keluhan lain yang sering kali terkait dengan GERD adalah disfagia, rasa asam di mulut, batuk kronik, laringitis, dan gejala saluran napas yang lainnya. Sering kali ditemukan ada tumpang tindih antara GERD dengan dispepsia sehingga dapat kita jumpai pula keluhan dispepsia pada GERD seperti nyeri ulu hati, mual, begah, dan sering sendawa. Frekuensi keluhan pada penyakit refluks tidak berubah berdasarkan usia namun intensitas gejala berkurang pada kelompok usia >50 tahun. Pertambahan usia juga seiring dengan penambahan prevalensi esofagitis erosif serta esofagus Barrett. Esofagus Barrett ini lebih banyak ditemukan pada pria dan rasio adenokarsinoma esofagus antara pria dan wanita adalah 81. Faktor risiko yang terkait dengan GERD adalah obesitas. Selain itu, peningkatan indeks massa tubuh juga berkaitan dengan penambahan risiko adenokarsinoma esofagus. Penegakan Diagnosis Pendekatan diagnosis dilakukan dengan menggabungkan data dari gejala, pemeriksaan endoskopi, monitoring refluks ambulatori, dan responsivitas terhadap terapi supresi asam. Secara singkat, penegakan diagnosis tersebut dirangkum sebagai berikut Diagnosis presumtif ditegakan dengan pendekatan gejala adanya heatburn dan regurgitrasi. Ketiga diagnosis presumtif ditegakan, dapat dimulai diberikan terapi PPI secara dengan keluhan nyeri dada non kardiak dengan kecurigaan GERD, sebelum dimulai terapi harus didahului evaluasi diagnostik. Penyebab kardiak lainnya harus terlebih dahulu disingkarkan sebelum dilakukan evaluasi radiografi barium tidak direkomendasikan untuk diagnosis penyakit diagnosis, endoskopi saluran cerna bagian atas tidak diperlukan. Endoskopi direkomendasikan jika ada tanda alarm dan untuk uji tapis bagi pasien dengan risiko tinggi komplikasi. Endoskopi ulangan tidak diperlukan apabila tidak ditemukan esofagus Barrett dan tidak ada gejala yang esofagus direkomendasikan untuk evaluasi preoperatif namun tidak memiliki peran dalam diagnosis GERDManometri esofagus ambulatori diindikasi sebelum pertimbangan terapi endokopi atau bedah pada pasien NERD dan juga sebagai evaluasi untuk pasien yang refrakter terhadap terapi PPI serta pada situasi dimana diagnosis GERD refluks ambulatori adalah satu-satunya tes yang bisa menilai hubungan antara refluks dengan derajat refluks ambulatori tidak diperlukan dalam diagnosis GERD jika terdapat esofagus Barrett segmen pendek atau tapis untuk H. pylori tidak diperlukan pada kasus GERD begitu pula dengan eradikasi yang tidak perlu rutin diberikan sebagai bagian dari terapi antrefluks. Dibawah ini adalah beberapa uji diagnostik yang digunakan dalam kasus GERD Tes diagnostikIndikasiJenis penelitianRekomendasiUji PPIGejala klasik, tanpa tanda bahayaMeta analisisHasil negatif tidak menyingkirkan kemungkinan GERDBarium oralTidak untuk diagnosis GERD, dilakukan untuk penilaian disfagiaCase-controlTidak digunakan kecuali untuk evaluasi komplikasi striktur, terbentuk cincinEndoskopiGejala alarm, uji tapis untuk pasien berisiko tinggi, nyeri dadaRCTPertimbangan lebih awal untuk pasien lansia, risiko untuk esofagus Barrett, nyeri dada non kardiak, tidak respon terhadap PPIBiopsi esofagusEksklusi penyebab lain selain GERD misalnya esofagitis eosinofiliaCase-controlTidak diindikasikan untuk diagnosis GERDManometri esofagusEvaluasi preoperatifObservasionalTidak direkomendasikan untuk diagnostik GERD, Menyingkitkan akalasia/scleroderma-like esophagus preopMonitoring refluks ambulatoriPreoperatif untuk NERD, GERD refrakter, saat diagnosis diragukanObservasionalKorelasi refluks dengan gejala, dokumentasi paparan asam abnormal atau frekuensi refluksPPI proton pump inhibitor Skor GERD-Q Selain itu, untuk membantuk diagnosis dapat dilakukan dengan menggunakan GERD-Q Cobalah mengingat apa yang Anda rasakan dalam 7 hari terakhir. Berikan Berikan tanda centang v hanya pada satu tempat untuk setiap pertanyaan dan hitunglah poin GERD-Q Anda dengan menjumlahkan poin pada setiap pertanyaan. NoPertanyaanFrekuensi skor poin untuk gejala 0 hari1 hari2-3 hari4-7 hari 1Seberapa sering Anda mengalami perasaan terbakar di bagian belakang tulang dada Anda heartburn?0123 2Seberapa sering Anda mengalami naiknya isi lambung ke arah tenggorokan/mulut Anda regurgitasi?0123 3Seberapa sering Anda mengalami nyeri ulu hati?3210 4Seberapa sering Anda mengalami mual?3210 5Seberapa sering Anda mengalami kesulitan tidur malam oleh karena rasa terbakar di dada heartburn dan/atau naiknya isi perut?0123 6Seberapa sering Anda meminum obat tambahan untuk rasa terbakar di dada heartburn dan/atau naiknya isi perut regurgitasi, selain yang diberikan oleh dokter Anda? seperti obat maag yang dijual bebas0123 HasilBila poin GerdQ Anda ≤ 7, kemungkinan Anda tidak menderita GERD Bila poin GerdQ Anda 8-18, kemungkinan Anda menderita GERD Adapun untuk lebih memudahkan, Anda dapat menghitung skor GERD-Q dengan menggunakan kalkulator GERD-Q di tautan ini. Tatalaksana atau pengobatan dari GERD dapat meliputi aspek non farmakologis yang berpusat pada pengaturan kebiasaan atau gaya hidup, aspek farmakologis khususnya obat-obatan supresi atau penekan produksi asam lambung serta agen prokinetik, serta yang terakhir adalah intervensi bedah. a. Tatalaksana Non Farmakologis Berikut ini adalah hal-hal yang perlu untuk diperhatikan bagi setiap penderita GERD Menurunkan berat badan direkomendasikan untuk pasien yang overweight atau mengalami penaikan berat badan akhir-akhir kepala saat tidur sera menghindari makan 2-3 jam sebelum waktu tidur direkomendasikan untuk pasien yang memiliki gejala di malam hariEliminasi rutin secara global makanan yang bisa menyebabkan refluks coklat, kafein, alkohol, makanan asam atau pedas tidak PPI selama 8 minggu adalah terapi utama untuk mengurangi gejala dan mengobati esofagitis erosif. Tidak ada perbedaan efikasi antara jenis PPIUntuk kontrol pH maksimal, pemberian PPI tradisional diberikan 30-60 menit sebelum makan sedangkan PPI terbaru lebih fleksibel dalam hal waktu pemberian sebelum makanPemberian PPI diberikan dengan dosis sekali sehari sebelum makan pertama namun dapat ditingkatkan menjadi dua kali sehari jika terdapat gejala di malam hari atau gangguan pasien yang tidak respon terhadap PPI maka harus di rujuk untuk evaluasi lebih lanjutJika pasien mengalami respon parsial, PPI dapat dinaikan menjadi dua kali sehari atau diganti dengan PPI pasien mengalami gejala GERD kembali setelah terapi PPI atau pasien dengan esofagitis erosif atau esofagus Barrett, maka dipertimbangkan untuk diberikan terapi PPI rumatan. Pemberian dosis rumatan adalah dosis PPI efektif serendah mungkin termasuk on demand atau antagonis H2-reseptor H2A dapat dipakai sebagai salah satu pilihan terapi rumatan pada pasien tanpa penyakit erosif jika didapat penurunan gejala dengan obat H2A tambahan pada pasien terpilih yang sudah mendapatkan terapi PPI siang hari dapat diberikan jika terdapat refluks malam tetapi dapat terjadi efek samping berupa takifilaksis setelah beberapa minggu lain untuk GERD selain supresi asam berupa prokinetik dan/atau baclofen tidak boleh diberikan bila belum dilakukan evaluasi ada tempatnya pemberian sukralfat pada pasien GERD yang tidak aman pada kehamilan bila terdapat indikasi. Tatalaksana di atas adalah berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk menilai efektivitas dari setiap item di atas terhadap perbaikan gejala dari GERD. Di bawah ini adalah beberapa bukti penelitian mengenai terapi non farmakologis untuk GERD tersebut Intervensi gaya hidupEfek intervensi pada parameter GERDSumber dataRekomendasi Penurunan berat badanPerbaikan gejala GERD dan pH esofagusCase-controlRekomendasi terutama pasien dengan IMT >25 atau terdapat kenaikan berat badan akhir-akhir ini Elevasi kepala saat tidurPerbaikan gejala dan pH esofagusRCTRekomendasi untuk pasien dengan gejala nokturna Penghindaran makan menjelang tidurPerbaikan keasaman lambung nokturna namun tidak ada perbaikan gejalaCase-controlHindari makan tinggi lemak dalam 2-3 jam sebelum berbaring Berhenti merokok dan minum alkoholTidak ada perubahan pada gejala dan pH esofagusCase-controlTidak ada rekomendasi Berhenti konsumsi coklat, kafein, makanan pedas, sitrus, minuman berkarbonasiBelum ada penelitianBelum adaTidak secara rutin direkomenasikan. b. Tatalaksana Farmakologis Kita lanjutkan ke tatalaksana penyakit dari segi farmakologis. Dikarenakan GERD banyak ditemui di masuarakat, maka penyakit ini utamanya ditangani di layanan primer seperti dokter umum, puskesmas, atau dokter keluarga. Biasanya kasus GERD dapat teratasi dengan pengobatan yang tersedia di layanan primer. Akan tetapi, pada keadaan refrakter, diperlukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut sehingga pada kondisi tersebut pasien perlu dirujuk ke layanan kesehatan rujukan, sekunder atau bahkan tersier. Untuk lebih memudahkan memahami bagaimana GERD dilayani baik di layanan primer maupun rujukan, berikut adalah penanganan penyakit tersebut di fasilitas layanan primer kanan dan layanan rujukan kiri Gambar alur tatalaksana GERD di layanan primer kiri dan layanan sekunder atau rujukan kanan Seperti tampak pada alur tatalaksana di atas, tampak bahwa obat lini pertama dari GERD adalah jenis penekan produksi asam terutama proton pump inhibitor PPI. Pemberian PPI pada GERD biasanya bisa single dose atau double dose. Namun, umumnya dapat diberikan langsung berupa double dose. Di bawah ini adalah dosis obat PPI yang tersedia di Indonesia Omeprazole Single dose 1 x 20 mg per hari Double dose 2 x 20 mg per hari Pantoprazole Single dose 1 x 40 mg per hari Double dose 2 x 40 mg per hari Lansoprazole Single dose 1 x 30 mg per hari Double dose 2 x 30 mg per hari Esomperazole Single dose 1 x 40 mg per hari Double dose 2 x 40 mg per hari Rabeprazole Single dose 1 x 20 mg per hari Double dose 2 x 20 mg per hari c. GERD yang Refrakter Terhadap Terapi PPI Adakalanya terdapat kondisi dimana gejala tidak membaik atau tidak berespon terhadap pemberian PPI. Kondisi ini dinamakan refrakter PPI. Adapun hal yang perlu dilakukan untuk kondisi tersebut adalah sebagai berikut Langkah pertama untuk kasus ini adalah optimalisasi terapi PPI, lakukan anamnesis ulang dan pastikan pasien mengikuti anjuran pengobatan dalam dosis dan frekuensi minum obatEndoskopi saluran atas harus dilakukan untuk pasien refrakter PPI dengan gejala tipikal atau gejala dispepsia terutama untuk menyingkirkan kemungkinan etiologi non-GERDPada pasien dengan gejala ekstraesofageal yang tetap bertahan walaupun dengan optimasi PPI maka harus dilakukan pencarian kemungkinan etiologi lain berupa evaluasi bidang THT, paru, dan spesialis yang refrakter GERD dengan gejala khas, sudah dilakukan evaluasi endoskopi, THT, paru, dan spesialis alergi namun hasil negatif untuk sebab lain maka harus dilakukan monitoring refluks ambulatoriMonitoring refluks ambulatori dengan terlebih dahulu menghentikan segala medikasi dapat dilakukan oleh berbagai macam modalitas yang tersedia pH atau impedance-pH. Jika dilakukan on medikasi, maka dilakukan dengan modalitas impedance-pH untuk memungkinkan diketahui adanya refluks non refrakter dengan bukti kuat refluks sebagai penyabab gejala harus dipertimbangkan menerima tambahan pengobatan antirefluks seperti terapi bedah atau inhibitor TLESR. Pasien dengan temuan monitoring yang negatif maka kecil kemungkinan mengalami GERD dan pemberian PPI harus ini adalah bagan algoritme tatalaksana GERD yang refrakter terapi PPI Alur tatalaksana GERD yang refrakter Jika sudah dilakukan pemeriksaan pH-metri, di bawah adalah algoritme dan tatalaksananya Alur tatalaksana GERD dengan menggunakan pemeriksaan pH metri d. Terapi Bedah untuk GERD Selain terapi farmakologis dan non farmakologis, pada kasus yang refrakter dapat dipertimbangkan untuk dilakukan intervensi bedah. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pertimbangan terapi bedah pada GERD adalah sebagai berikut Terapi bedah merupakan pilihan untuk terapi jangka panjang dalam mengontrol gejala GERDPenatalaksanaan bedah mencakup tindakan pembedahan antirefluks fundoplikasi Nissen, perbaikan hiatus hernia, dll dan pembedahan untuk mengatasi komplikasiDirekomendasikan untuk pasien yang tidak berespon terhadap PPISebelum diputuskan untuk dilakukan terapi bedah, harus dievaluasi terlebih dahulu dengan monitoring pH ambualtori pada pasien tanpa esofagitis. Selain itu harus dilakukan dahulu pemeriksaan manometri preoperatif untuk menyingkirkan kemungkinan akalasia dan scleroderma-like teknik bedah setara dengan terapi medis jika dilakukan oleh operator yang berpengalaman pada pasien terpilih dengan GERD kronikPasien obes yang akan menjalan terapi bedah untuk GERD juga dapat mempertimbangkan untuk melakukan bedah bariatrik. Bypass gastrik merupakan pilihan utama untuk pasien-pasien seperti terapi endokopik atau transoral incisionless fundoplication belum dapat direkomendasikan sebagai alternatif dari terapi bedah maupun terapi medis untuk GERD. Potensi Risiko Penggunaan PPI Jangka Panjang Terapi pemberian PPI pada GERD merupakan terapi jangka panjang. Walaupun secara keseluruhan aman, namun berikut adalah hal yang patut diperhatikan dalam menimbang manfaat dan risiko pemberian PPI jangka panjang Risiko terapi PPI jangka panjang adalah osteoporosis, infeksi Clostridium difficile, dan pneumonia terutama pada kelompok usia yang diketahui menderita osteoporosis masih tetap dapat diberikan PPI namun evaluasi berkala tetap dapat menjadi faktor risiko terjadinya infeksi Clostridium difficile dan harus diberikan secara hati-hati pada pasien dengan faktor risiko infeksi tersebut seperti riwayat penggunaan antibiotika jangka pendek dapat meningkatkan risiko pneumonia komunitas. Risiko tidak meningkat pada penggunaan jangka panjangPPI tidak perlu diberikan secara intermiten saat dipakai bersamaan dengan clopidogrel. Manifestasi Ekstraesofageal GERD Asma, Batuk Kronik, dan Laringitis Yang dimaksud manifestasi ekstraesofageal adalah gejala yang tidak berkaitan langsung dengan gangguan pada esofagus atau kerongkongan. Dikarenakan refluks asam pada GERD dapat masuk ke rongga mulut dan saluran pernapasan, maka gejala penyakit ini juga dapat berupa gangguan saluran napas dan rongga mulut. GERD dapat menjadi kofaktor potensial atau pencetus pada pasien dengan asma, batuk kronik, dan laringitis. Evaluasi secara hati-hati untuk kemungkinan penyebab non-GERD harus dilakukan untuk semua pasien laringitis refluks tidak boleh dibuat hanya berdasarkan temuan laringoskopiPercobaan PPI direkomendasikan untuk mengobati gejala ekstraesofageal pada pasien yang juga memiliki gejala khas Endoskopi tidak diperlukan untuk menegakan diagnosis GERD yang berhubungan dengan asma, batuk kronis, atau refluks dipertimbangkan sebelum terapi coba PPI pada pasien dengan gejala ekstraesofageal yang tidak memiliki gejala khas Jika gagal dengan terapi PPI harus dilakukan untuk tes diagnostik lebih lanjutTerapi bedah bukan merupakan salah satu pilihan terapi ekstraesofageal dari GERD pada pasien yang tidak berespon dengan terapi supresi asam Komplikasi Jika tidak ditangani, GERD dapat menumbulkan dampak berupa komplikasi. Komplikasi langsung adalah terjadinya esofagitis erosif. Klasifikasi Los Angeles LA digunakan untuk menggambarkan derajat esofagitis erosif. Pasien dengan LA grade A harus dievaluasi untuk konfirmasi adanya GERD. Di bawah ini adalah tabel mengenai klasifikasi esofagitis erosif berdasarkan klasifikasi LA Grading esofagitis erosif berdasarkan klasifikasi Los Angeles LA Endoskopi harus diulang pada pasien dengan ERD berat setelah terapi pemberian antisekretorik asam untuk menyingkirkan adanya esofagus BarrettTerapi PPI secara terus-menerus direkomendasikan setelah dilakukan dilatasi striktur peptikum untuk memperbaiki disfagia dan mengurangi keperluan dilatasi ulangInjeksi steroid intralesi dapat dilakukan pada kasus striktur yang refrakter dan beratTerapi PPI dipertimbangkan setelah dilatasi pada cincin esofageal bagian bawah cincin SchatzkiPenapisan esofagus Barrett harus dipertimbangkan pada pasien dengan risiko tinggi pada profil epidemiologiGejala pada pasien dengan esofagus Barrett dapat diterapi serupa dengan pasien GERD tanpa esofagus BarrettPasien dengan temuan esofagus Barrett harus dilakukan survailans berkala Kesimpulan GERD merupakan salah satu masalah yang banyak ditemui pada praktek sehari-hari. Anamnesis yang cermat disertai dengan evaluasi risiko adanya komplikasi penting agar mencegah terjadinya esofagus Barrett atau perkembangan ke adenokarsinoma esofagus. Terapi PPI merupakan terapi utama dan dapat diberikan ketika terdapat gejala khas penyakit ini. Untuk membandingkannya dengan dispepsia serta mencari mengenai tanda alarm atau tanda bahaya dapat dibaca pada artikel berikut Sakit Maag atau Dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori. Sumber Fock KM, Talley NJ, Fass R, Goh KL, Katelaris P, Hunt R, et al. Asia-Pacific consensus on the management of gastroesophageal reflux disease update. J Gastroenterol Hepatol. 2008 Jan;2318– Indonesian Society of Gastroenterology. National Consensus on the Management of Gastroesophageal Reflux Disease in Indonesia. Acta Med Indones. 2014;463263– PO, Gerson LB, Vela MF. Guidelines for the Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux Disease. Am J Gastroenterol. 2013;1083308– AF, Sobur CS, Hapsari FCP, Abdullah M, Makmun D. Prevalence and Risk Factors of GERD in Indonesian Population—An Internet-Based Study. Adv Sci Lett. 2017 Jul 1;2376734–8. Seorang dokter, saat ini sedang menjalani pendidikan dokter spesialis penyakit dalam FKUI. Peminat berbagai topik sejarah dan astronomi. RSUDProf Dr Margono Soekarjo Jl Dr Gumbreg No 1 Berkoh, Purwokerto Selatan Banyumas, Jawa Tengah RS Bedah & Obgyn Dr Moedjito Jl Hayam Wuruk 9 Kepanjen, Jombang Jombang, Jawa Timur . LokaDok menyediakan informasi lengkap tentang latar belakang pendidikan dokter, tempat praktek serta jadwal praktek. Pasien juga dapat melakukan bookingFacebook WhatsApp Jadwal Praktek Dokter Saraf Rs Margono Purwokerto. Informasi jadwal praktek dokter spesialis bedah umum, bedah degestive, bedah mulut, bedah onkologi, bedah plastik, bedah saraf, bedah orthopedi, bedah urologi rumah sakit umum. Gumbreg no. 1 [email protected]. go. id0281632708. Jadwal praktek senin rabu dr. . Nenden nursyamsi agustina, sp. a jadwal praktek jumat windy oliviany,dr. m. sc. ,sp. a. Jadwal dokter rsud prof dr. Jadwal praktek dokter poliklinik rsu siaga medika banyumas poliklinik nama dokter hari waktu poliklinik nama dokter hari waktu kesehatan anak dr. Annisa zuhrah, sp. a. Setelah mengetahui jadwal praktek yang berlaku untuk semua dokter spesialis di rs margono purwokerto, sekarang kalian bisa membuat janji temu dengan cara melakukan panggilan ke. Berisi informasi jadwal praktek dokter. Jadwal dan Daftar Dokter RS Margono Purwokerto Annisa zuhrah, sp. a. Setelah mengetahui jadwal praktek yang berlaku untuk semua dokter spesialis di rs margono purwokerto, sekarang kalian bisa membuat janji temu dengan cara melakukan panggilan ke. Berisi informasi jadwal praktek dokter. Rumah sakit ini memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang didukung oleh layanan dokter spesialis dan sub spesialis, serta ditunjang. Jadwal dan Daftar Dokter RS Margono Purwokerto Source 768 x 768 JADWAL PRAKTEK DOKTER SPESIALIS SARAF - RS ANANDA PURWOKERTO Source 1280 x 1280 JADWAL PRAKTEK DOKTER SPESIALIS SARAF - RS ANANDA PURWOKERTO Source 1280 x 1280 Jadwal Dokter - RS Ananda Purwokerto Source 768 x 768 JADWAL PRAKTEK POLI KULIT DAN KELAMIN - RS ANANDA PURWOKERTO Source 1024 x 1024 Jadwal Praktek Dokter Anak Rsu Margono Purwokerto at Praktek Dokter Source 680 x 545 JADWAL PRAKTEK DOKTER SPESIALIS PARU - RS ANANDA PURWOKERTO Source 1024 x 1024 Dokter Praktek Tht Cirebon at Praktek Dokter Source 1182 x 1182 PERUBAHAN SEMENTARA JADWAL PRAKTEK DOKTER SPESIALIS PARU - RS ANANDA Source 1280 x 1280 JADWAL PRAKTEK dr. NUR FAIZAH, SpA - RS ANANDA PURWOKERTO Source 1280 x 1280 Gallery of Jadwal Praktek Dokter Saraf Rs Margono Purwokerto
. 111 222 150 177 451 13 213 241